Langsung ke konten utama

The Journey: One Year After

Ini adalah cerita perjalanan ke tempat yang sama, yaitu Gunung Gede, sekitar satu tahun kemudian. Dengan personil yang lebih sedikit, yaitu 20 orang, kita berangkat deh dari kampus menuju Gunung Gede. Di perjalanan kali ini, kita lewat jalur yang berbeda dari pendakian sebelumnya. Kalo sebelumnya kita coba lewat jalur Cibodas, sekarang kita lewat jalur Gn Putri, yang katanya lebih bagus dan cepat perjalanannya, tapi konsekuensinya, tanjakannya lebih asoy. Nah sebetulnya ada
1 jalur lagi yang bisa dilewatin, yaitu jalur Selabintana, tapi katanya sih jarang dilewati pendaki umum.

Kita berangkat sekitar jam 9 malam dari Depok ke Rambutan, lalu naik bis arah Cianjur dan turun di Pasar Cipanas, deket Ind*****t jam 11 malam. Kami sewa angkot sampe pos pendakian dan sampe di sana jam 1:30 pagi. Wah jam segini ternyata masih rame aja Gunung Gede. Registrasi dan jajan-jajan untuk keperluan di atas, lalu kita naik jam 2. Sebelum naik, sempet tanya-tanya dulu ke petugas, berhubung ini tanggal 13 April, dan Gn Gede itu baru banget dibuka untuk umum tanggal 6 April karena cuaca. “Bang di atas rame ga pendakinya?” “Wah dek, di atas ada bazar, rame banget!” Gila juga, malam ini aja udah ada sekitar 5 rombongan yang jalan bareng sama kita, gimana di atas ya, di Suryakencana. Akhirnya tanpa lama-lama kita langsung naik. Sampe sekitar jam 4, karena semuanya pada capek dan ngantuk, kita akhirnya gelar matras di tepi hutan. Tidurlah kita ber20, beralaskan matras, beratapkan hutan yang gelap, dan di tengah kegelapan Gn Gede.

Pagi hari, jam 6:30, kita bangun, dan itu adalah suhu terdingin yang pernah gw rasakan selama ini, tangan kaku, muka juga. Ngilangin dingin, gw langsung gerak-gerak, mulai tepuk-tepuk tangan sendiri, tepuk pake tangan temen, lanjut ke tabok, akhirnya kita tampar-tamparan karena semuanya kedinginan. Habis solat subuh yang telat, kita lanjutin perjalanan dan tibalah kita jam 10 pagi di Suryakencana 
di depan orang ini = pintu suryakancana
Ini adalah sebuah daerah ladang luas, dan banyak edelweissnya. Luasnya kalo dikira-kira hampir 100x lapangan sepakbola. Semua rasa dingin, capek, ngantuk di pagi itu terbayarkan rasanya. Daerah yang bernama lengkap Alun-alun Suryakancana ini menjadi tempat kita istirahat, ngecamp, dan menjadi dekat satu sama lain, menjadi dekat dengan alam. 
Suryakancana - jalan menuju camp
Suryakancana - edelweiss close up
Suryakancana - latar belakang puncak Gede
Rame banget di sini, semua pendaki ngecamp di tempat ini, kita ngecamp agak jauh ke dalam hutan, antisipasi adanya angin lembah dari bukit-bukit disekelilingnya. Pas buka tenda, mulailah hal yang tidak semua pendaki inginkan terjadi. Hujan. Kita pas buka tenda, yaitu pas lagi hujan-hujannya. Jadilah air hujan masuk ke tenda, dan dari 4 tenda yang kita bawa, yang bisa dipake cuma 2, 2 lagi dipake untuk naroh barang.

Pukul 19:00. Hujan masih turun. Gw udah di dalem tenda yang berisi 5 orang. 15 orang sisanya di tenda sebelah. Kita solat dlu, baru abis itu tidur. Eh sebelum tidur, kita cerita-cerita dlu pengalaman kita naik gunung. Gak bnyk cerita di malam itu karena kita emang masih pemula, kecuali senior gw, dia udah pernah ketemu doppelganger nya senior dia, dikerjain senior di hutan, dll. Jam 9 kita tidur, dan tiba-tiba jam 11 tenda digebuk-gebuk sama temen kita di tenda sebelah. Salah satu temen kita, kena hipotermia tingkat awal. Dia menggigil kedinginan, hampir ga sadar, dan harus ditaro di tempat yang kering. Kita bangun, kasih makanan, minuman, korek gas, apapun yang bisa bikin dia anget. 

Karena di tenda sebelah terlalu byk orang, dan penderita masih tetep kedinginan, akhirnya dipindah ke tenda kita. Temen-temen gw yang lain juga pada mencar karena kesempitan di satu tenda yang dijejalin 15 orang. Statistik sementara: Tenda tempat gw bermukim: 8 orang, tenda sebelah yang tadinya overcapacity: 6 orang, tenda barang1: 4 orang, tenda barang2: 2 orang. Yang berbaring di tenda gw bermukim cuma penderita, sisanya tidur duduk. Setelah merasa anget, kita tidur lg semua, kecuali gw dan senior gw yang giliran jaga kalo ada apa-apa sama penderita yang satu ini. Malam pun  berganti, jam 4 pagi karena pegel gw keluar tenda, berharap di luar sana kondisi lebih baik. Ternyata, sekeliling gw masih gelap, dan suhu pol-polan dinginnya. Jam 5. Satu persatu pada keluar dari tenda, solat subuh di luar karena ga muat di dalem tenda. Surya pun menampakkan dirinya, kita masak, bercanda-canda, ngobrolin kejadian semalam.

Gw berempat dengan yang lain memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar suryakancana, menikmati cipratan matahari di dataran ciptaan Tuhan yang luar biasa ini. Ga ada habisnya gw bersyukur atas nikmat yang diberikan, khususnya Indonesia. 
Suryakancana - dua sejoli sedang bercengkrama

Suryakancana - tanah lapang di balik awan
Suryakancana - picture of myself

Siang itu ada beberapa orang berangkat ke puncak Gn Gede, ada yang turun duluan membawa penderita hipotermia secepatnya kembali ke posko pendakian, karena takut tambah parah kalo hujan datang, ada yang siap-siap packing barang kelompok. Gw berempat termasuk senior gw diutus untuk turun duluan. Kita berjalan selama kira-kira 4 jam, sampe akhirnya nyampe di warung deket posko awal pendakian. Percayalah, hal yang paling menyenangkan, paling melegakan, dan paling membuat hati senang setelah naik gunung adalah bertemu warung yang bisa makan, ngecas hp, dan pake kamar mandi :D  Itu sekian aja cerita dari gw tentang pendakian kedua, semoga bisa bermanfaat..
Warung, surga bagi para pendaki yg kelelahan

Poto bersama tim



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ungaran yang Menyenangkan

Tulisan ini tentang perjalanan kami kemarin, di bulan Februari 2019. Jadi kami abis dari Gunung Ungaran. Gunung Ungaran ini gak terlalu tinggi. Tapi dari segi pengalaman, gw merasa sangat menikmati. Gw bersyukur dikasih harta yg cukup, waktu, tenaga dan kesempatan beraktivitas yg menyenangkan dan terasa 'hidup' banget selama jalan-jalan kemarin. ======================= Kami berangkat bertujuh dari St Pasar Senen pukul sebelas malam, naik Tawang Jaya saat itu harga tiketnya 150ribu. Susah banget tidur di kereta. Padahal dulu gw tidur ya tidur aja. Jadi cuman meremin mata aja sambil berharap cepet-cepet subuh. Ketika mau cari lapak buat solat subuh keesokan harinya di gerbong restorasi (gerbong makan), eh ketemu temen kuliah, sebut saja Fadhil. Dia lagi balik kampung ke Semarang sekalian liburan ke tempat istrinya di Solo. Kebetulan jg di rombongan yg naik gunung kali ini, ada beberapa temen kuliah gw, yg jg temennya Fadhil. Kami langsung ngobrol banyak. Di akhir obrolan, F...

Field Report (FR) Yogyakarta, North, to South

Selasa 5 Feb 2013 Destinasi Kaliurang Merapi, Prambanan, Parangtritis, Keraton, Malioboro Perjalanan menuju St Senen Depok – Gondangdia (17:30-18:00) KRL Ekonomi Jabodetabek  è 2ribu/orang Gondangdia – St Senen (18:00-18:20) Kopaja P20 è 2ribu/orang Tips: di bis ini sangat rawan akan pencurian, terlebih ketika jam pulang kerja, pukul 16:00- 19:00 Makan malam di dekat masjid st Senen: Pecel Lele, 9ribu/porsi Perjalanan menuju Malioboro Pasar Senen – Lempuyangan Yogyakarta (20:45 – 06:27) KA Progo è 35ribu/orang

Catatan Perjalanan Mt Rinjani

Catatan Perjalanan Mt Rinjani Empleng Empleng, 21-30 Agustus 2012 21 Agustus 2012 Perjalanan ke Solo pake KA Brantas, Rp 40.000 Tanahabang (16:05) – Solo Jebres (03:40 22 Agustus 2012) 22 Agustus 2012 Perjalanan ke Banyuwangi pake KA Sri Tanjung, Rp 35.000 Solo Jebres (08:58) – BanyuwangiBaru (21:29)