Langsung ke konten utama

Menjadi Pescatarian

Akhir-akhir ini gw lagi banyak merenung berkontemplasi tentang makanan apa saja yg masuk ke dalam tubuh. Katanya "you are what you eat", semua yg masuk ke tubuh kita itu akan menggambarkan tentang diri kita. Kalau bahas pola makan, pasti gak akan ada habisnya. Ada yg tetap normal makan biasa, ada yg gak makan nasi, ada yg makan buah doang, sayur doang, ikan doang, dan macem-macem.


Tapi pertama semuanya harus dilurusin dulu. Apapun yg kita konsumsi, cobalah untuk bisa menghormati dengan keputusan masing-masing orang. Pola makan atau diet tiap orang beda-beda, metabolisme tubuh orang kan juga beda, jadi ga perlu yg satu jelekin yg lain.

Menurut sumber yg gw baca, diet dengan makan ikan atau pescatarian baik untuk tubuh karena ikan mengandung omega 3, bisa mengurangi kolesterol, dan karena itu juga bisa mengurangi resiko penyakit jantung. Hanya mengonsumsi protein hewani dari ikan, berarti ga makan ayam, daging merah, juga termasuk produk olahan lainnya macam telur, susu, keju, yoghurt.

Well, sebenernya kalo gugling banyak sih alasan orang milih jadi pescatarian. Mereka gak mau makan daging atau unggas atau produk ternak karena: kebersihan peternakan gak terjamin, perlakuan terhadap hewan yg diternak secara masal semena-mena, sampe kesejahteraan para pekerja di industri ternak ga baik.

Terlepas dari semua itu, alasan gw untuk saat ini memilih menjadi pescatarian adalah, gw ingin sehat dengan tetap memakan daging dari protein hewani. Kalau yg gw baca, orang yg makan ikan lebih terhindar dari penyakit, tidak emosian (gw sangat mengincar yg ini krn orangnya sumbu pendek), dan kandungan protein di ikan lebih banyak. Kalau mau protein banyak ya bisa dari protein nabati aja sih, tapi gw gak kuat kalo cuma konsumsi tempe, tahu, atau makanan plant-based lain aja.

Buat memulai, gw betul-betul gak bisa begitu aja gak makan ayam. Kalau lg makan siang, ke warung mana aja pasti ketemunya ayam lagi ayam lagi, paling aman ya ke warteg yg ada pilihan menu ikannya. Tapi di sekitaran gw ketika jam makan siang jarang bgt ada warteg. Jadi untuk awal seperti sekarang-sekarang ini kalo terpaksa gw masih makan ayam. Sebisa mungkin nanya ada menu ikan apa ngga. Paling aman sih gado-gado/ketoprak, tapi jarang juga yg jual.

Ke depannya gw mau beli ikan kiloan di pasar atau supermarket. Biar tiap pagi gw masak, dikukus atau goreng atau masak apapun, lalu bawa sebagai bekal. Biar pas makan siang kalo ga nemu warung yg menyediakan ikan, gw gak repot untuk nyari jauh-jauh. Gw bahkan sekarang masih mengonsumsi telur sebagai gantinya ikan kalau gak nemu. Susah untuk hanya memakan ikan sebagai konsumsi harian. Masa peralihan masih ada bandel-bandelnya dikit. Gak bisa langsung berubah begitu aja.

Merubah pola makan itu susah banget. Hal yg sedari dulu jd rutinitas, susah diubah karena udah nyaman. Eksperimen makan ikan untuk mengganti ayam dan daging harus tetap berjalan, demi kesehatan dan perbaikan diri sendiri di masa depan.


Sumber:
https://www.kaskus.co.id/thread/59184db49e74045c188b456f/mengapa-menjadi-pescatarian
https://menurnanditha.wordpress.com/2011/02/20/pescatarian/





Komentar

  1. Mantap Zal. Ikan emang asik dan enak. Sayangnya kalau di Jakarta, kita perlu menghindari makanan laut. Jadi kalau di Jakarta, ikan yang aman ya ikan tambak

    https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/26/08551351/bahaya-kerang-hijau-dari-teluk-jakarta-dan-nasib-nelayan?page=all

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ungaran yang Menyenangkan

Tulisan ini tentang perjalanan kami kemarin, di bulan Februari 2019. Jadi kami abis dari Gunung Ungaran. Gunung Ungaran ini gak terlalu tinggi. Tapi dari segi pengalaman, gw merasa sangat menikmati. Gw bersyukur dikasih harta yg cukup, waktu, tenaga dan kesempatan beraktivitas yg menyenangkan dan terasa 'hidup' banget selama jalan-jalan kemarin. ======================= Kami berangkat bertujuh dari St Pasar Senen pukul sebelas malam, naik Tawang Jaya saat itu harga tiketnya 150ribu. Susah banget tidur di kereta. Padahal dulu gw tidur ya tidur aja. Jadi cuman meremin mata aja sambil berharap cepet-cepet subuh. Ketika mau cari lapak buat solat subuh keesokan harinya di gerbong restorasi (gerbong makan), eh ketemu temen kuliah, sebut saja Fadhil. Dia lagi balik kampung ke Semarang sekalian liburan ke tempat istrinya di Solo. Kebetulan jg di rombongan yg naik gunung kali ini, ada beberapa temen kuliah gw, yg jg temennya Fadhil. Kami langsung ngobrol banyak. Di akhir obrolan, F...

Field Report (FR) Yogyakarta, North, to South

Selasa 5 Feb 2013 Destinasi Kaliurang Merapi, Prambanan, Parangtritis, Keraton, Malioboro Perjalanan menuju St Senen Depok – Gondangdia (17:30-18:00) KRL Ekonomi Jabodetabek  è 2ribu/orang Gondangdia – St Senen (18:00-18:20) Kopaja P20 è 2ribu/orang Tips: di bis ini sangat rawan akan pencurian, terlebih ketika jam pulang kerja, pukul 16:00- 19:00 Makan malam di dekat masjid st Senen: Pecel Lele, 9ribu/porsi Perjalanan menuju Malioboro Pasar Senen – Lempuyangan Yogyakarta (20:45 – 06:27) KA Progo è 35ribu/orang

Catatan Perjalanan Mt Rinjani

Catatan Perjalanan Mt Rinjani Empleng Empleng, 21-30 Agustus 2012 21 Agustus 2012 Perjalanan ke Solo pake KA Brantas, Rp 40.000 Tanahabang (16:05) – Solo Jebres (03:40 22 Agustus 2012) 22 Agustus 2012 Perjalanan ke Banyuwangi pake KA Sri Tanjung, Rp 35.000 Solo Jebres (08:58) – BanyuwangiBaru (21:29)