Yo! Sudah lama kali gw gak mencoba nge-blog.. Kali ini gw akan menceritakan jejak gw dan kedua kawan ke tanah Sunda, Garut!
Garut adalah kota yang berada di sebelah timurnya ibukota Jawa Barat, yaitu Bandung. Dengan keadaan kota yang hampir seluruhnya diselimuti kabut karena sekelilingnya adalah bukit dan gunung, menjadikan Garut sebagai daerah bersuhu rendah. Nah di sinilah gw akan memulai petualangan gw, cekidot!
Empat Tiga orang pemuda
Kami berempat duduk di salah satu selasar kampus di sore itu. Walau kita berempat gak begitu dekat, tapi kita merencakan sebuah perjalanan yang mendebarkan, yaitu hiking Gunung Papandayan. Nah gunung ini letaknya di sekitar selatan Garut, dan menjadi primadona kota Garut karena... karena sama seperti judul postingan ini, the eternal flower! alias edelweiss. Papandayan itu gunung yang sangat kaya akan Edelweiss, yaa setidaknya dari tempat-tempat yang pernah gw kunjungi, Papandayan adalah daerah yang Edelweiss nya paling banyak.
Singkat cerita, setelah obrolan panjang sore itu, kita mulai packing sendiri-sendiri, dan tetiba kabar mengejutkan muncul (lebay). Salah satu kawan kita, mari kita sebut saja Icho, dia mengundurkan diri dari perjalanan. Maklum lah, anak mapala ui sibuknya segudang, sibuk naik sanasini, rafting sanasini dll. Akhirnya kita putuskan cuma bertiga yang akan mengarungi keindahan Papandayan.
Keberangkatan
Kita berangkat pukul 21:00 dari Depok, menuju Rambutan, naik angkot 112 yang ongkosnya 4rb. Di sana, kita naik bis jurusan Garut yang katanya sih terakhir dari Rambutan, ongkosnya 35rb, cukup murah kalo dibanding ke Bandung yang lebih deket jaraknya, naik MGI ke Bandung udah ngabisin 55ribu.
Sampe di terminal Guntur Garut, jam 5 pagi. Solat subuh di masjid terminal favorit kita semua, masjid jami al barokah kalo ga salah inget, trus ke pertigaan Cisurupan pake mobil elf, per orang bayar 15rb (bisa lebih murah kalo banyakan). Sampe di sana, kita naik ojek ke Pos Pendakian Papandayan, ongkos: 20rb, lagi-lagi ini bisa lebih murah kalo pake pickup, asalkan banyakan, atau di atas 5 orang.
Sampai di Pos Pendakian, kita harus registrasi dlu, dan bayar biaya pendakian 3rb per orang. Di pos ini lengkap, ada musola, kamar mandi, warung makan dll.
Akhirnya pukul 09:00 kita start trekking, dan beda Papandayan dengan gunung lainnya, yaitu, di sini ga ada penanda Pos 1,2 dst. Tapi cuma ada 2 pos, pos Pondok Salada (tempat camp) dan Pos Tegal Alun. Perjalanan diliputi jalan berpasir dan berbau belerang, disusul jalan berbatu dan lumayan rimbun. Kurang lebih 2 jam perjalanan kita sampai di Pondok Salada. Lalu kita naik ke punggungan ke arah kanan, kita salah jalur ke puncak buntu. Tapi, justru di sinilah kita dapetin Edelweiss yang banyak! Di balik kesuraman pasti ada hikmahnya gan.
Karena kita gak kemping, kita langsung turun dan perjalanan turun dihantam hujan badai penuh kabut lebih dari satu jam. Dengan perbekalan minim, pengalaman minim, kita terus berupaya jalan sampe pos awal lagi. Tetiba hujan reda, kabut hilang, syukur lah akhirnya bisa sampe lagi di pos awal. Papandayan is fun! See you later!
Garut adalah kota yang berada di sebelah timurnya ibukota Jawa Barat, yaitu Bandung. Dengan keadaan kota yang hampir seluruhnya diselimuti kabut karena sekelilingnya adalah bukit dan gunung, menjadikan Garut sebagai daerah bersuhu rendah. Nah di sinilah gw akan memulai petualangan gw, cekidot!
Kami berempat duduk di salah satu selasar kampus di sore itu. Walau kita berempat gak begitu dekat, tapi kita merencakan sebuah perjalanan yang mendebarkan, yaitu hiking Gunung Papandayan. Nah gunung ini letaknya di sekitar selatan Garut, dan menjadi primadona kota Garut karena... karena sama seperti judul postingan ini, the eternal flower! alias edelweiss. Papandayan itu gunung yang sangat kaya akan Edelweiss, yaa setidaknya dari tempat-tempat yang pernah gw kunjungi, Papandayan adalah daerah yang Edelweiss nya paling banyak.
Singkat cerita, setelah obrolan panjang sore itu, kita mulai packing sendiri-sendiri, dan tetiba kabar mengejutkan muncul (lebay). Salah satu kawan kita, mari kita sebut saja Icho, dia mengundurkan diri dari perjalanan. Maklum lah, anak mapala ui sibuknya segudang, sibuk naik sanasini, rafting sanasini dll. Akhirnya kita putuskan cuma bertiga yang akan mengarungi keindahan Papandayan.
Keberangkatan
Kita berangkat pukul 21:00 dari Depok, menuju Rambutan, naik angkot 112 yang ongkosnya 4rb. Di sana, kita naik bis jurusan Garut yang katanya sih terakhir dari Rambutan, ongkosnya 35rb, cukup murah kalo dibanding ke Bandung yang lebih deket jaraknya, naik MGI ke Bandung udah ngabisin 55ribu.
Sampe di terminal Guntur Garut, jam 5 pagi. Solat subuh di masjid terminal favorit kita semua, masjid jami al barokah kalo ga salah inget, trus ke pertigaan Cisurupan pake mobil elf, per orang bayar 15rb (bisa lebih murah kalo banyakan). Sampe di sana, kita naik ojek ke Pos Pendakian Papandayan, ongkos: 20rb, lagi-lagi ini bisa lebih murah kalo pake pickup, asalkan banyakan, atau di atas 5 orang.
Cisurupan, latar blkg Gn Papandayan |
Perjalanan dr Cisurupan - Pos, latar blkg Gn Cikuray |
Sampai di Pos Pendakian, kita harus registrasi dlu, dan bayar biaya pendakian 3rb per orang. Di pos ini lengkap, ada musola, kamar mandi, warung makan dll.
Parkiran Pos Pendakian Papandayan |
Karena kita gak kemping, kita langsung turun dan perjalanan turun dihantam hujan badai penuh kabut lebih dari satu jam. Dengan perbekalan minim, pengalaman minim, kita terus berupaya jalan sampe pos awal lagi. Tetiba hujan reda, kabut hilang, syukur lah akhirnya bisa sampe lagi di pos awal. Papandayan is fun! See you later!
Komentar
Posting Komentar