Langsung ke konten utama

Kotak di Atas Awan

Sekitar 1 bulan setelah perjalanan mendebarkan di Papandayan, gw mau ngajak temen-temen buat naik gunung, dan respon pertama sangat mengejutkan, pesertanya mencapai 19 orang. Tapi apa dikata, ujung-ujungnya pada kena seleksi alam alias berguguran, yang serius dan bisa untuk naik gunung pada tanggal 13 - 15 Januari cuma ber sebelas orang.

Packing is the most basic preparation before rockin up the mountain!
Nah, jadilah kita, kesebelasan cowo dari kampus nan jauh di Depok sana, melakukan perjalanan ke

sebuah gunung yang tidak berbeda dari perjalanan sebelumnya, di daerah Garut. Kali ini kita ke Cikuray, yang katanya ini gunung tuh semerunya tanah Sunda euy, karena di puncaknya bakal keliatan samudera awan. Malam itu, tgl 13 Januari, sebelas orang berkumpul semuanya di kontrakan gw. Tas-tas besar diobrak abrik demi mencapainya packing yang bisa muat banyak barang berguna ketika di atas nanti. Packing itu penting! Ya, karena kalo packingan nya aja udah amburadul, ngebawa tasnya juga pasti  bakal berat sebelah lah, atau bakal muncul masalah lainnya, yang akhirnya bikin kita gak nyaman dan cepet capek.
Nah ini ada ilustrasi yang juga diambil dari blog orang lain ttg packing tas carrier itu seperti apa. Singkatnya sih, paling bawah itu sleeping bag, kalo ada sendal juga taro paling bawah. Di atasnya ada baju ganti, di atasnya ada alat makan portabel, logistik, tenda, dan barang kelompok lainnya. Nah di paling atas baru deh barang-barang yang sering dikeluarin, contohnya ponco, senter dkk.

Buckle up, team!
Siap dengan segalanya, kita berangkat deh ke Garut, dengan rincian yang sama seperti ke Gn Papandayan beberapa waktu lalu. 
Kesebelasan Dusun Margonda Raya
Setelah di terminal Guntur, kita sewa pickup sampe Pos Pendakian Cikuray, yang namanya Pos Pemancar. Sewa pickup bersebelas orang 275rb, sewanya ke Kang Ato, ini ada kontaknya: 0821 1865 5474 . Wah orangnya baik, dia banyak cerita ttg Garut, dan khususnya Cikuray.
Foto bersama Kang Ato
Kita sampe di Pos Pemancar sekitar jam 8 pagi, dan langsung bersiap untuk start trekking. Pemandangan di setengah jam pertama ada kebun teh, bukit dan view ke Pemancar. Nah total ada 7 pos di Cikuray, dan pos ke 8 nya puncak.
Hamparan Kebun Teh

View ke Pemancar, abaikan manusia berjaket merah

Tiba di pos 1: 10:00
Pos 1 adalah pintu Rimba, jadi setelah masuk hutan gitu gak lama kemudian ada pos 1 di sana.
Tiba di pos 2: 12:00
Tiba di pos 3: 13:00
Tiba di pos 4: 13:15
Tiba di pos 5: 13:30
Tiba di pos 6: 14:00
Pos 2 sampe pos 6 jalurnya curam banget, bener deh kalo kata orang tentang Cikuray, dengkul ketemu jidat! Tapi walaupun curam, jalurnya lumayan jelas kok, karena ada tali penunjuk jalan yang dipasang pendaki-pendaki sebelumnya, dan kita juga sempet naro tali-tali di sepanjang percabangan jalur.

Di sini langsung buka 3 tenda untuk keperluan masak dan camp sampai besok. Di pos 6, jarak ke puncak kira-kira 1 jam lagi, dan summit attack sih rencananya besok jam 4 pagi. Di sini kita masak, makan-makan, cerita-cerita, sampe akhirnya masuk waktu magrib dan solat. Selepas jam 7, kita istirahat semua.

Pas masuk waktu subuh, sebenernya setengah dari tim udah pada bangun, tapi yaa itu dia, magernya ditambah angin kenceng bikin tambah males naik ke puncak. Alhasil, orang di masing-masing tenda memutuskan untuk tidur lagi sampe matahari terbit. Setelah siap-siap, briefing sebentar, berangkat lah kita jam 7 ke puncak. Perjalanan semakin curam, dan hutan semakin lebat.

Jam 8. Begitu sampai di atas.. rasanya semua capek dan pegel ilang deh, walaupun puncaknya masih kabut ketutupan awan. Hal yang paling sangat disayangkan banget itu adalah kita ke puncak pas lagi tebel-tebelnya kabut. Oh iya, selama perjalanan dari bawah ke puncak kita cuma papasan sama 3 orang doang. Iya cuma ketemu 1 rombongan doang, padahal sebelumnya kalo naik gunung pasti ketemu banyak banget rombongan. Mungkin karena lg musim hujan jd gak banyak orang naik gunung.
Dan di puncak itu setelah kita foto-foto kurang lebih setengah jam, badai dateng. Kita pun berlindung di sebuah kotak berwarna pink, di atas awan. Inilah kotaknya.
Kotak pink Cikuray

Kotak pink ini penanda puncak Cikuray, 2821 mdpl. Walaupun ga terurus, tapi keberadaannya sangat efektif buat pendaki yang kena badai, jadi bisa berlindung di sana. Setengah jam kita kena badai, dan harusnya sih kita masih bisa sabar untuk liat kota Garut di balik awan. Tapi apa dikata lah, perut sudah bergaung lebih keras, dan suhu sudah berkurang lebih deras, kita pun turun dengan sedikit kecewa.

Sampai di bawah jam 9:30, kita langsung masak, dan siap-siap packing untuk turun. Kira-kira jam 11 kita turun, dengan kecepatan seadanya karena kaki udah mulai ga berfungsi dgn bagus, ada yang keseleo, ada yang kepeleset, dan ada yang turunnya kyk turun dari perosotan. Singkat cerita, kita turun dan sampe di pos pemancar skitar jam 3 sore. Dan pas banget ada Kang Ato di sana baru dateng. Langsung lah kita naik kendaraan mewah yang dibawa kang Ato itu, cus ke terminal Guntur Garut. Perjalanan Garut ke Jakarta makan waktu 4 jam, dan kita berangkat dari Garut abis isya, jadi sampe Depok sekitar jam 11 malam. That’s all, terima kasih Guntur atas siksaannya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Field Report (FR) Yogyakarta, North, to South

Selasa 5 Feb 2013 Destinasi Kaliurang Merapi, Prambanan, Parangtritis, Keraton, Malioboro Perjalanan menuju St Senen Depok – Gondangdia (17:30-18:00) KRL Ekonomi Jabodetabek  è 2ribu/orang Gondangdia – St Senen (18:00-18:20) Kopaja P20 è 2ribu/orang Tips: di bis ini sangat rawan akan pencurian, terlebih ketika jam pulang kerja, pukul 16:00- 19:00 Makan malam di dekat masjid st Senen: Pecel Lele, 9ribu/porsi Perjalanan menuju Malioboro Pasar Senen – Lempuyangan Yogyakarta (20:45 – 06:27) KA Progo è 35ribu/orang

Ungaran yang Menyenangkan

Tulisan ini tentang perjalanan kami kemarin, di bulan Februari 2019. Jadi kami abis dari Gunung Ungaran. Gunung Ungaran ini gak terlalu tinggi. Tapi dari segi pengalaman, gw merasa sangat menikmati. Gw bersyukur dikasih harta yg cukup, waktu, tenaga dan kesempatan beraktivitas yg menyenangkan dan terasa 'hidup' banget selama jalan-jalan kemarin. ======================= Kami berangkat bertujuh dari St Pasar Senen pukul sebelas malam, naik Tawang Jaya saat itu harga tiketnya 150ribu. Susah banget tidur di kereta. Padahal dulu gw tidur ya tidur aja. Jadi cuman meremin mata aja sambil berharap cepet-cepet subuh. Ketika mau cari lapak buat solat subuh keesokan harinya di gerbong restorasi (gerbong makan), eh ketemu temen kuliah, sebut saja Fadhil. Dia lagi balik kampung ke Semarang sekalian liburan ke tempat istrinya di Solo. Kebetulan jg di rombongan yg naik gunung kali ini, ada beberapa temen kuliah gw, yg jg temennya Fadhil. Kami langsung ngobrol banyak. Di akhir obrolan, F...

Secuil Bagian Negeri yang Terpencil

Berikut ini adalah pengalaman gw melalangbuana ke tempat baru! Jadi, tahun 2014 adalah tahun kedua gw menjadi panitia k2n, atau kuliah kerja nyata. K2n ini adalah program dari direktorat kemahasiswaan kampus dan juga merupakan salah satu mata kuliah pilihan di kampus gw. Pesertanya bisa dari jurusan mana aja. Setelah pertama jd panitia di tahun 2013 gw jd panitia k2n di daerah puncak bogor, tahun 2014 jd panitia lg yg tempatnya ditambah, selain di puncak bogor, jg ada di Kaltara alias Kalimantan Utara. Ternyata Kaltara ini provinsi terakhir pada saat itu, ke-34 di Indonesia, baru disahkan di tahun 2012 dengan ibukota Tanjung Selor. Kaltara ini pas banget berbatasan sama tetangga kita, Malaysia. Pas k2n 2014 itu titik penempatannya di Nunukan dan Malinau. Untuk kesana, pertama kita naik pesawat sekitar 3 jam dari Jakarta dengan tujuan Tarakan. Jadi walaupun Kaltara ibukotanya Tanjung Selor, untuk transportasi udara diarahkannya ke Tarakan. Kalo gak salah kenapa bandaranya di Tarak...